Baju Baru untuk Anna
Sebuah naskah drama yang dialihwahana dari sebuah novel dengan,
Judul : Rindu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Repulika Penerbit
Tebal Buku : 544 Halaman
Cetakan I,
Oktober 2014
PANGGUNG DIBAGI MENJADI TIGA BAGIAN. DI BAGIAN
TENGAH, SETTING DERMAGA. SEBELAH KANAN NUANSA KAPAL DENGAN SUASANA DI LAUTAN.
DI BAGIAN TENGAH, SETTING DERMAGA. SEBELAH KIRI SEBUAH TOKO BAJU YANG BESAR.
PEMBACAAN NARASI
Tepatnya tanggal
1 Desember 1938, bertepatan dengan 9 Syawal 1357 H. Matahari baru sepenggalah
naik ketika pagi itu, sebuah kapal besar merapat di pelabuhan Makassar. Sebuah
kapal yang akan mengantarkan para penumpang yang rindu akan tanah suci.
Terlihat Daeng Andipati beserta keluarga tengah sampai di dermaga. Sementara,
kuli angkut tanpa diminta telah mengambil inisiatif untuk mengangkut
koper-koper berukuran besar menuju ke kapal.
LAMPU HANYA MENYOROT PANGGUNG BAGIAN TENGAH. SETTING
HIRUK PIKUK DI DERMAGA. PARA KULI MENGANGKUT TAS, KOPER, DAN BARANG BAWAAN
PENUMPANG. SUARA BURUNG CAMAR, KERAMAIAN,
LAUTAN SALING BERIRINGAN. PENCITRAAN DILAKUKAN BERSAMAAN KETIKA PEMBACAAN NARASI. SETELAH SELESAI, LAMPU MATI.
LAUTAN SALING BERIRINGAN. PENCITRAAN DILAKUKAN BERSAMAAN KETIKA PEMBACAAN NARASI. SETELAH SELESAI, LAMPU MATI.
ADEGAN I
LAMPU MENYALA. KELUARGA DAENG ANDIPATI BERJALAN
MENUJU PANGGUNG BAGIAN TENGAH, BERHENTI DI BAGIAN DEPAN PANGGUNG AGAK KE ARAH
SAMPING.
ANNA (Si bungsu berkata pelan, menoleh berkali-kali ke
belakang. Wajahnya sedikit cemas.)
Kenapa Papa
membiarkan mereka membawa barang-barang kita?
MAMA
Memang itu pekerjaan mereka, Anna.
ANNA
Tapi lihatlah, Ma, mereka kurus-kurus dan ringkih.
Bahkan, Pak Tandi lebih besar dan gemuk dibanding mereka. Bagaimana kalau
tasnya jatuh? Terguling masuk ke dalam laut?
DAENG ANDIPATI
(Tertawa sambil mengelus kepala si bungsu.)
Jangan khawatir,
Anna. Mereka lebih kuat dibandingkan yang terlihat. Mereka terbiasa mengangkut
barang ke kapal. Tidak perlu dirisaukan. Satu yang paling kurus di antara
kuli-kuli angkut bisa membawa beban dua kali lebih banyak disbanding Pak Tandi,
tukang kebun kita.
ANNA (Masih
dengan wajah cemas.)
Apakah Papa
mengenali mereka?
DAENG ANDIPATI (Menggeleng
lembut)
ANNA
Tuh, kan, Papa tidak kenal. Aduh bagaimana kalau
ELSA
Kalau kenapa?
ANNA (Menunjuk satu tas yang sedang digotong)
Lihat, ramai
sekali, Kak. Bagaimana kalau tas biru yang mereka bawa itu hilang.
DAENG ANDIPATI
Hilang
bagaimana, Anna?
ANNA
Papa kan tidak
kenal mereka. bagaimana kalau mereka tidak membawa tas kita ke kapal? Atau,
tasnya tertukar? Semua pakaian Anna kan di dalam tas biru itu, Paa. Kalau
dicuri bagaimana? Anna berganti pakaian apa?
ELSA
Kamu tadi
sebenarnya mencemaskan mereka tidak kuat mengangkat barang atau mencemaskan
pakaianmu?
ANNA (Si
bungsu menjawab polos.)
Dua-duanya.
ELSA
Dasar! Kalau
sampai tas biru itu hilang, berarti hingga tiba di Mekkah, kamu tidak berganti
pakaian. Terus yang ini saja selama sembilan bulan.
(Ketika itu,
naik haji memerlukan waktu yang sangat lama, sembilan bulan.)
DAENG ANDIPATI
Tidak akan hilang, Anna. Mereka akan membawa
barang-barang kita ke kapal. Lagipula, perjalanan ini sangat penting, kita tidak
mengkhawatirkan sebuah tas.
LAMPU MATI.
PEMBACAAN NARASI
Di tengah
hangatnya mentari, keluarga daeng andipati pun melangkah menuju kapal.
Menyisakan kecemasan anna terhadap tas birunya. Seluruh penumpang telah usai
menaiki kapal. Kapal pun bersiap berangkat mengangkut penumpang lain dari
Surabaya, Batavia, Semarang kemudian Aceh. Tepat pukul satu siang kapal
penumpang blitar holland memulai perjalanan.
DIBARENGI DENGAN EFEK SUARA BURUNG CAMAR, DEBURAN
OMBAK DAN PELUIT TANDA KEBERANGKATAN KAPAL.
ADEGAN II
LAMPU HANYA MENYOROT PANGGUNG BAGIAN KANAN. TERDAPAT
SATU BANGKU PANJANG, DUA BANGKU DAN SATU MEJA. SETTING KAPAL
ANNA
Embernya, Ma!
MAMA
(Menyerahkan ember kepada Anna yang ingin
muntah karena mabuk laut.)
Elsa, kakaknya,
menyusul mabuk laut satu jam kemudian.
DAENG ANDIPATI
Papa hendak
shalat Maghrib di masjid kapal. Kalian baik-baik saja, Anna, Elsa?
ANNA TIDAK MENJAWAB, IA MEMELUK EMBER. ELSA DI
SEBELAHNYA DUDUK BERSANDAR DI KURSI. WAJAHNYA KUYU, TUBUHNYA LEMAS. ISI
PERUTNYA TERKURAS SEJAK TADI.
MAMA
Mereka baik-baik
saja, Pa, hanya mabuk laut. Setelah istirahat yang cukup akan lekas membaik.
DAENG ANDIPATI (Tertawa melihat wajah Anna dan
Elsa.)
Kalian tidak mandi sore? Aduh, betapa kusutnya
kalian.
MAMA
(Mengurut tengkuk Elsa dengan minyak.)
Bagaimana mereka mau mandi, Pa? Berdiri saja tidak
ada tenaga.
DAENG ANDIPATI (Mengangkat bahu)
Mungkin mandi
membuat lebih segar.
ANNA
Paa…
DAENG ANDIPATI
Kenapa Anna?
ANNA
Tas biru Anna tidak ada, Pa.
DAENG ANDIPATI (Sedikit terkejut)
Eh, tas biru?
MAMA
Tas besar berisi pakaian Anna tidak ada di tumpukan
barang-barang kita, Pa. Belum tentu hilang, mungkin tercecer di kabin lain atau
tertinggal di dermaga.
DAENG ANDIPATI
Mama tidak bergurau, bukan?
MAMA
Tentu tidak, Pa. Kita harus memikirkan baju ganti
Anna, dia tidak punya pakaian apa pun.
DAENG ANDIPATI
Kalau begitu, sementara waktu Anna bisa pinjam
pakaian Elsa. Dua hari lagi kapal ini tiba di Surabaya, kita bisa membeli
pakaian baru untuk Anna.
PEMBACAAN NARASI
Lima belas menit
lagi merapat di dermaga. Pelabuhan surabaya. Suasana hati anna sedang riang.
Kota surabaya jauh lebih hebat dibanding yang ia bayangkan. Dan nanti, ia akan berkunjung ke pasarnya, membeli baju baru.
LAMPU MATI. HANYA TERDENGAR SUARA ANNA DAN DAENG
ANDIPATI SEDANG BERCAKAP.
ANNA
Pasarnya jauh dari pelabuhan, Pa?
DAENG ANDIPATI
Jauh. Lima kilometer lebih. Kota Surabaya lebih luas
dibanding Makassar, Anna.
LAMPU MENYOROT PANGGUNG SEBELAH KIRI. SEBUAH TOKO
PAKAIAN YANG SANGAT RAMAI PENGUNJUNG.
PEMBACAAN NARASI
Kabar yang anna
dengar di kapal memang benar, Pasar Turi luas dan ramai. Berkali-lipat
dibanding pasar di Makassar. Mereka akhirnya tiba di bagian khusus pakaian.
Daeng andipati mengajak kedua putrinya masuk ke toko paling besar.
ADEGAN III
DAENG ANDIPATI, ANNA DAN ELSA TELAH BERADA DI DALAM
TOKO. MEMILIH PAKAIAN. LAMPU HANYA MEYOROT MEREKA.
ANNA (Sibuk
memilih-milih pakaian)
Kak Elsa, lihatlah. Baju ini cocok untukku, bukan?
Aku pasti terlihat cantik memakai baju ini.
DAENG ANDIPATI
Anna, pilihlah baju yang cocok untuk perjalanan, bukan
ke jamuan makan malam.
ANNA
Tapi Anna mau yang ini, Pa. Dan yang ini! Yang ini
juga! Dan yang ituu… Yang itu juga cantik! Yang mana lagi yaa…
ELSA (Sambil menunjuk
pakaian khas putra Jawa, serta menahan tawa)
Dan yang itu!
LAMPU MATI
PEMBACAAN NARASI
Setengah jam
berlalu, mereka memutuskan untuk membeli delapan stel pakaian untuk Anna. Satu
untuk Elsa. Dan satu lagi untuk ibu mereka.
PEMILIK TOKO SEDANG DUDUK DI KURSI LANGSUNG BERDIRI
KETIKA MELIHAT ADA PENGUNJUNG MENGHAMPIRI, HENDAK MEMBAYAR.
PEMILIK TOKO
Wah, cantik sekali pakaian yang dipilih. Tentulah
berselera tinggi yang memilihnya. Pakaian siapa ini?
ANNA
Punya Anna, punya Anna.
PEMILIK TOKO
Kau pandai sekali memilih. Pastilah Anna akan
bertambah kecantikan Anna ketika mengenakannya.
ANNA
(Hanya
tersipu malu mendengar pujian itu untuknya)
PEMBACAAN NARASI
Anna sudah
membawa satu kantong besar berisi pakaiannya. Berusaha menyibak pengunjung yang
semakin ramai di sela-sela rak gantungan. Saat itulah, saat Anna riang
mengikuti Daeng Andipati di depannya, tiba-tiba terdengar dentuman keras dari
arah gerbang pasar.
BUUUM!
SUARA LEDAKAN. LAMPU LATAR MATI SEJENAK. DISUSUL
DENGAN LAMPU LATAR YANG HIDUP MATI-HIDUP MATI. SUARA SIRINE DAN TEMBAKAN SALING
BERSAHUTAN. TOKO MENJADI RIUH. ORANG-ORANG BERLARIAN BERUSAHA MENYELAMATKAN
DIRI.
ANNA (Berteriak
parau memanggil ayahnya.)
PAPA!!!
ELSA (Terpisah dengan Anna, terserat pusaran
pengunjung hingga terdorong ke depan.)
ANNA (Suaranya semakin parau. Ia membawa kantong besar,
semakin tertinggal jauh karena tak bisa bergerak di tengah lautan manusia.)
PAPAAA!!
PAPA (Berteriak
panik mencari kedua putrinya.)
ANNAA, ELSAA, di mana kalian, Nak!!
ELSA
ANNA, PAPAAA!!
RENTETAN SENJATA
SEMAKIN RAPAT TERDENGAR.
BUUUMM!!!
SATU LEDAKAN DAHSYAT TERDENGAR LAGI. PARA PEJUANG
KEMERDEKAAN TELAH MELEPAS GRANAT MEREKA.
ANNA (Terjatuh di
antara kerumunan pengunjung pasar. Tak kuat berdiri. Memeluk kantong plastik
berisi baju-bajunya.)
PAPA (Berteriak semakin kalap. Namun tak menemukan anak
bungsunya. Sudut matanya melihat Elsa lebih dulu, di depan. Kemudian ia meraih
tangan Elsa, mendekapnya dan membawanya ke tempat aman.)
ANNA!! ELSA!! Putrikuu!!
LAMPU MATI.
PEMBACAAN NARASI
Si kecil Anna
meringkuk di jalan. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia tidak bisa berdiri.
Orang-orang terus mendorongnya. Matanya terpejam, pasrah. Hanya soal waktu
saja, kaki-kaki yang sedang berlari panik tidak sengaja menginjaknya.
ADEGAN IV
ANNA TAK DITEMUKAN. DAENG ANDIPATI MEMUTUSKAN UNTUK
MEMBAWA ELSA KEMBALI KE KAPAL.
DAENG ANDIPATI DAN ELSA BERJALAN DARI DERMAGA MENUJU
KAPAL DENGAN PAKAIAN YANG BERANTAKAN. DAENG ANDIPATI MEMBANTU ELSA BERJALAN.
MAMA (Kaget melihat Elsa yang sangat berantakan kemudian
mendekap Elsa)
MasyaAllah Elsa, ada apa denganmu? Di mana Anna? Apa yang
terjadi Pa?
DAENG ANDIPATI
Terjadi ledakan di Pasar Turi. Tempat kami membeli
baju. Aku sudah berusaha mencari Anna, tapi sama sekali tak terlihat, Ma.
MAMA (Suaranya tertahan, air mata tak tertahankan)
Ya Allah, putrikuu… Anna… Elsa…
GURUTTA
Jangan berhenti berdoa, Andi. Semoga Anna selamat.
DAENG ANDIPATI (Hanya
mengangguk halus)
GURUTTA (Memeluk bahu Daeng Andipati, Papa
Anna)
Insya Allah, Anna baik-baik saja, Nak. Yakin.
DAENG ANDIPATI
Terima kasih, Gurutta.
GURUTTA
Kau tidak ingin menunggu di kamar, Andi?
DAENG ANDIPATI (Menggeleng)
LAMPU HAMPIR MATI NAMUN LANGSUNG MENYALA PERLAHAN.
PEMBACAAN NARASI
Sebentar lagi
adzan Maghrib, langit mulai gelap. Saat itulah, ketika Daeng Andipati habis
harapan, dari dermaga terlihat seseorang berjalan sambil menggendong anak kecil
di punggungnya. Di sana, dengan sisa-sisa tenaga, Ambo Uleng datang menggendong
Anna.
PAPA (Daeng Andipati
berseru, berlari.)
ANNA!!
ANNA
(Membalas dengan suara pelan, serak.)
Papa!
LAMPU MATI. MENYOROT BAGIAN PASAR. FLASHBACK KETIKA
TERJADI LEDAKAN.
AMBO JUGA SEDANG MEMBELI PERLENGKAPAN DI PASAR TURI.
KETIKA TERJADI KEPANIKAN DI PASAR, IA BERSIAP BERLARI MENYELAMATKAN DIRI. TAPI
IA MELIHAT ANNA. GADIS ITU SENDIRIAN, BERTERIAK, MEMANGGIL-MANGGIL AYAHNYA,
MENANGIS. TANPA BERPIKIR DUA KALI, KETIKA ANNA TERGULING DI JALAN, AMBO BAGAI
SEEKOR INDUK SINGA, LANGSUNG LOMPAT, MEMELUKNYA ERAT-ERAT. MEMBIARKAN TUBUHNYA
MENJADI TAMENG.
LAMPU MATI. KERAMAIAN SELESAI. HANYA ADA AMBO DAN
ANNA DI PANGGUNG. LAMPU MENYOROT MEREKA.
AMBO
Kau baik-baik saja?
ANNA (Mengangguk, menyeka pipinya. Kantong plasti
berisi baju masih dipelukannya.)
AMBO (Berdiri
gemetar menahan sakit karena terinjak, menggendong Anna menuju kapal.)
LAMPU MATI. MENYOROT BAGIAN KAPAL. SUASANA SEPERTI
KETIKA SEBELUM FLASHBACK.
AMBO (Jatuh.
Tenaga terakhirnya sudah habis. Sangat lelah.)
BEBERAPA PENUMPANG BERGEGAS MEMBANTU AMBO,
MEMBOPONGNYA KE RUANG PERAWATAN.
DAENG ANDIPATI (Daeng menatap Ambo yang sedang
dibopong untuk mendapatkan perawatan medis. Sambil masih memeluk Anna.)
Terima kasih. Sungguh terima kasih.
AMBO (Ambo yang
pendiam itu tersenyum, matanya terpejam. Ia lelah sekali.)
MAMA (Meneteskan air mata, memeluk Anna)
Annaaa… Alhamdulillah ya Allah.”
ELSA (Menyusul memeluk Anna.)
Anna..
LAMPU MENYOROT
KELUARGA DAENG ANDIPATI YANG MEMELUK ANNA YANG MASIH MEMELUK KANTONG PLASTIK
BERISI BAJU BARU MILIKNYA. LAMPU MATI.
-
SELESAI -
Komentar
Posting Komentar