Merindu Bahu

Seakan nafas pun berontak
Berdiam di ulu hati lalu mencekak
Gusar, tiada untuk bersandar
Ah, aku meradang
Memendam rindu pada sebuah bahu

Aku terdiam dalam lamunan
Tak kuduga aku menyusun aksara
Berangan jadi sajak gembira
Tepiskan rindu
pada bahu itu

Sajak gembira nampaknya sekadar angan
Ini sajak, sajak kerinduan
Meraih masa ketika bersama
Pada bahu tempatku berlalu, malam itu

Kusandarkan kepala
Ia memandang mata
Aku tertunduk malu
Bersembunyi pada bahu
Seketika kuhirup aroma
Yang hingga kini tak kulupa
Masih jelas, aroma minyak khas

Kurasa nyaman dalam sandaran
Kurasa erat dalam genggaman
Kurasa hangat dalam dekapan
Yang kini tinggal angan

Masa itu diterbangkan udara
Tapi menetap pada kepala
Menyisakan memori buatku iri
Pada malam, yang ingin kuulang

Semarang, 11 April 2014 21:56


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. blognya sudah bagus. variasi warna antara background dan latar juga sudah sesuai. sukses ya

    BalasHapus
  3. selamat siang ericka, blognya konservasi banget ijo ijo :D tapi ada scrip2 yang mnegganggu di blog nya di benahi lagi ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "Bulusan" yang Berkembang di Daerah Kudus

Hakikat Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif