Hakikat Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif

A.   Hakikat Membaca Ekstensif
1.    Pengertian Menurut Para Ahli
-          Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin. (Tarigan, 2008: 31)
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.

-          Dalam Dictionary of Reading (1983:112) disebutkan membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ekstensif ini sangat besar manfatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
-          Karena membaca ekstensif merupakan program membaca secara luas, maka implikasinya antara lain, pertama, bahan-bahan bacaan,
baik jenis teks maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan banyak memiliki kekuasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan bacaan tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperehatikan oleh guru adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan bacaan terlalu sulit untuk dicerna. Kedua, waktu yang diperguna untuk membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai. Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan waktu secepat mungkin. (Kholid Abdullah Harras, 2012)

-          Membaca ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso 2004:18).

2.    Tujuan Membaca Ekstensif
-          Untuk memahami isi yang penting dengan cepat, dengan demikian membaca efektif dapat terlaksana.
-          Untuk memahami isi buku secara cepat atau garis besarnya saja.
-          Untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel.
-          Untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.

3.     Jenis-Jenis Membaca Ekstensif
Description: Jenis Membaca Ekstensif Menurut Para Ahli

-          Membaca Survey
Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak (bila ada). Pada halaman judul yang disurvai adalah judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah dengan membuka-buka bagian-bagian tersebut secara cepat dan menyeluruh dalam sekali pandang. Bagian-bagian buku yang disurvai dibaca dengan teknik baca layap (skimming,) yaitu membaca secepat mungkin halaman demi halaman. Survai dilakukan dalam waktu beberapa menit saja dan merupakan kegiatan awal dari penerapan metode ini.
-          Tujuan dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca tidak akan bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survai juga digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks. Tujuan lain dari mensurvai adalah untuk mengetahui gambaran umum sebuah buku secara cepat. Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang disurvai itu cocok atau tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau tidak. Jika jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap berikutnya. Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya pada tahap berikutnya.
-          Membaca survey adalah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan untuk mengetahui gambaran umum ikhwal isi serta ruang lingkup dari bahan bacaan yang hendak dibaca. Oleh karena itu, dalam perakteknya pembaca hanya sekedar melihat atau menelaah bagian bacaan yang dianggap penting saja. Misalnya, judul, nama pengarang beserta pidatonya, judul, bab serta sub-sub bab, daftar indeks atau daftar buku-buku rujukan yang dipergunakannya. Dengan demikian membaca survey bukanlah membaca sebenarnya. Jadi, dapat dikatakan semacam kegiatan prabaca.

-          Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca Skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (Tarigan, 1990:32).
Soedarso (1998:32) mendefinisikan skimming sebagai keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien.
Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas, yakni sebagai berikut:
a.       Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan.
b.       Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bacaan.
Untuk menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. Membaca sekilas diistilahkan dengan membaca skimming. Skimming berasal dari bahasa Inggris to skim yang berarti mengambil kepala susu atau krim dengan sendok atau menyendok kepala susu. Kepala susu merupakan bagian yang mengental yang berada di atas setelah semangkok susu yang dipanaskan didinginkan. Kepala susu adalah intisari atau bagian yang banyak mengandung gizi. Skimming dalam bidang membaca merupakan sebuah istilah salah satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain dari skimming adalah baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas (Tarigan 1994:30), dan selintas (Widyamartaya, 2004:44).

Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang menggunakan teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah halaman, ditatap secara cepat.

Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman  demi halaman secara cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah hal-hal yang pokok atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak selalu diawal paragraf, tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau diawal dan diakhir. Untuk mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan membuang-buang waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang dianut, yaitu “Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya, tinggalkan yang lainnya” (Karlin 1980:40).

Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan teknik membaca yang dilaksanakan secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Hal itu relefan dengan pendapat Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming merupakan teknik membaca efisien.

Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997: 64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994: 32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel, judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut, pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut. Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk membaca sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau subbab yang diinginkannya.

Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari bahan di perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog yang ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di perpustakaan tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari atau meminjam buku tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku tersebut mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan. Apabila ya, bukalah halaman yang mungkin mengandung informasi yang dibutuhkan secara cepat. Sewaktu men-skim daftar isi dan tidak menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja men-skim semua halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari memang betul-betul tidak ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada di dalam buku, tetapi tidak secara eksplisit tercantum dalam daftar isi.

Teknik baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel yang ada pada majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap surat kabar yang dibaca untuk mencari informasi yang diinginkan. Misalnya, informasi gempa bumi yang terjadi di Yogya. Ia cukup mencari judul artikel yang ada dalam surat kabar yang dibaca secara sekilas tentang gempa yang melanda Yogya.

Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan opini-opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel semacam ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang bersifat sensasi.

Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca dengan sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa, tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan menangkap ide-ide pokok.

Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan, Tarigan (1990 : 33) memberi petunjuk sebagai berikut.
1.    Tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau buatlah pertanyaan-    pertanyaan mengenai informasi yang ada dalam bacaan.
2.    Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang dibutuhkan, misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci tersebut adalah menang, seri atau kalah.
3.    Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya pembaca melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam indeks. Jika tidak ada, carilah di bawah subjek yang lebih luas.
4.    Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata kunci atau informasi yang diinginkan.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.

Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama dengan tahap review atau meninjau kembali.

Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah pernah dibacanya secara cepat dengan menangkap kembali informasi-informasi yang ada dalam bacaan yang sudah pernah dihafal yang mungkin keluar atau ditayangkan pada waktu ujian. Sebelum menyampaikan pidato, orator lebih dahulu membaca teks pidato yang akan disampaikan. Sebelumnya teks tersebut telah dibaca dan dihafalkannya. Tujuannya adalah supaya sewaktu menyampaikan pidato tidak akan lupa mengenai hal-hal yang ingin disampaikan.

Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel dengan jalan melakukan pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu. Apabila tertarik hanya pada plot atau sifat umum novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang baik mengenai novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.

Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu pengetahuan, seni, dan lain-lain. Buku-buku tersebut dapat dibaca secara cepat dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik jika mengikuti tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat bab dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, sifat umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.

Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah atau rubrik dalam surat kabar dengan teknik skimming. Yang dapat dilakukan adalah membaca paragraf awal dan paragraf akhir. Sesudah itu, membaca secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.

Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming adalah skipping, sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari bagian yang penting, pokok, yang dicari atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya. Bagian bacaan yang tidak penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping digunakan pembaca untuk menangkap atau memahami ide-ide pokok atau informasi yang penting saja.

Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti melakukan ayunan mata dari bagian bacaan yang penting ke bagian bacaan yang lain. Ayunan mata tidak memakai irama yang sama. Hal tersebut bergantung pada letak atau jarak bagian yang penting dengan bagian penting lainnya. Jika pada sebuah paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat terakhir. Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama pada paragraf berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat awal pada halaman berikutnya, dan seterusnya.

Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan cepat supaya mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip yang dianut teknik ini adalah membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah bacaan yang dianggap dapat mewakili keseluruhan bacaan. Bagian-bagian bacaan yang  dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu kalimat inti atau kalimat utama. Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang biasanya terletak pada kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu, penggunaan teknik ini dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap paragraf. Dengan teknik ini, pembaca akan mendapatkan gambaran umum sebuah bacaan dengan cepat.

Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca tidak hanya terpaku pada kalimat pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci belum tentu terdapat pada kalimat pertama, tetapi bisa-bisa saja terdapat pada kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping itu, informasi pokok belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf tidak mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan teknik sampling pembaca diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-bagian tertentu dari bacaan dengan syarat:
1.    bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,
2.    pembaca memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,
3.    dilaksakan dengan sekilas.

Locating merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata pembaca bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara cepat. Pembaca memusatkan pandangan matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan dan kiri tetap dalam jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca selain mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang pandang mata (eye span), juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling atau daya melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan kedua kemampuan itu, pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian tengah atas ke bagian tengah bawah secara cepat.

Kemampuan peripheral vision dapat juga digunakan oleh pembaca pada tiap sampai ujung kalimat yang dengan cepat kembali ke bagian awal baris berikutnya. Pembaca melihat sisi kanan halaman dan tidak dapat melihat secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman. Walaupun demikian, otak pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun mata pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut tidak bisa dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu dalam membaca kerena pembaca harus melewati baris-baris yang telah dibaca. Dalam tipografi, kata yang di cetak tebal atau miring, kata yang dimulai dengan huruf kapital, kepala kalimat, awal paragraf dibuat untuk membantu menarik perhatian otak dan mata supaya dapat mengenali perbedaan dalam pergatian bagian.

Penggunaan teknik locating tidaklah mudah karena materi bacaan tidak ditulis secara vertikal, tetapi secara horisontal dari kiri ke kanan. Mata pembaca diharuskan bergerak secara diagonal kembali ke kiri untuk membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan pola zig-zag. Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan kata atau frase kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut karena selain bidang pandangan fokus dekat (eye span), pembaca juga memiliki daya melihat sekeliling.

Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating. Teknik ini menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada kalimat pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya melihat sekeliling. Penggabungan kedua teknik tersebut digunakan untuk menerima atau mengenali pokok-pokok pikiran yang penting dengan cepat. Teknik juga dapat digunakan untuk menangkap garis besar materi bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Kalau hal tersebut dilakukan dapat menghemat waktu yang banyak.

Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada setiap paragraf dan pembaca menggunakan kemampuan daya melihat  sekeliling pada kalimat-kalimat yang lain dari setiap paragrafnya. Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau informasi inti dan sekaligus bisa menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung ide pokok. Atau dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok, pembaca dapat memperoleh hal-hal yang diinginkan lainnya. Jadi, pembaca memperoleh hal yang primer dan yang sekunder.

-          Membaca Dangkal
Membaca dangkal pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang dibaca. Membaca jenis ini biasanya dilakukan bila pembaca bermaksud untuk mencari kesenangan atau kebahagiaan. Oleh karena itu, jenis bacaannya pun betul-betul merupakan jenis bacaan ringan.. Misalnya, majalah, novel, cerpen dan sebagainya. Membaca dangkal ini dilakukan dengan santai.
Membaca dangkal (superficial reading) adalah sejenis kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca. Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Membaca Dangkal (supervisal reading). Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal yang bersifat lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca dangkal biasanya dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerpen.
Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Dengan kata lain membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Kegiatan membaca ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah.


4.    Teknik Membaca Ekstensif
-          Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
-          Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
-          Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini); (3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
-          Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.

5.    Hambatan-Hambatan Yang Dapat Mengurangi Kecepatan Membaca
-          Vokalisasi atau berguman ketika membaca
-          Membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara
-          Kepala bergerak searah tulisan yang dibaca
-          Subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita
-          Jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kita baca
-          Gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya

6.    Manfaat Membaca Ekstensif
-          Memahami bagian bacaan yang penting.
-          Mengetahui gambaran umum isi buku.
-          Mengetahui isi buku secara cepat.
-          Memperoleh pemahaman secara dangkal.
-          Memperoleh hal – hal yang baru.
-          Memperoleh bahan yang diperlukan secara cepat.

7.    Karakteristik Membaca Ekstensif
-          Membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas)
-          Topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi
-          Pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat)
-          Tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana
-          Dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri
-          Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca
-          Bersifat individual dan bersifat membaca senyap
-          Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih)
-          Kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat)
-          Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit
-          Pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca)
-          Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks


B.    Hakikat Membaca Intensif
1.    Pengertian
-          Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas ) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35).
-          Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85), membaca intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan.
-          Membaca terhadap penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas atau bacaan.
-          Suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci mengenai tanda – tanda hitam atau aksara diatas kertas.
-          Membaca dengan objek yang relatif sedikit dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam.
-          Membaca intensif atau intensif reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.  Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dari teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut.
-          Tujuan membaca intensif yaitu untuk mengembangkan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.
-          Membaca intensif bukanlah hakekat keterampilan-keterampilan yang terlihat yang paling diutamaan atau yang paling menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya.; dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas.
-          Membaca intensif meliputi  membaca teks bacaan karya  sastra, pemahaman buku karya sastra, kritis buku karya sastra, artikel, iklan, grafik/tabel/bagan, buku biografi.


2.    Tujuan Membaca Intensif
-          Untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumentasi yang lugas.
-          Untuk memperoleh ide – ide yang terdapat dalam suatu bacaan.
-          Untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam.
-          Mempebanyak kata – kata yang dimiliki.
-          Mengembangkan kosakata.

3.    Jenis-Jenis Membaca Intensif
-          Membaca Teliti
Membaca ini bertujuan untuk memahami secara detail gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si penulis.
Pembaca dalam hal ini selain dituntut untuk dapat mengenal dan menghubungkan kaitan anatara gagasan yang ada, baik yang terdapat dalam kalimat maupun maupun dalam setiap paragraf.
Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama. menurut Tarigan (2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-keterampilan berikut ini.
a.       Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.
b.      Membaca seksama dan membaca ulang paragraf untuk menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting.
c.       Penemuan hubungan paragraf dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian, membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.
Dalam kegiatan menelaah tugas ini dibantu dengan metode SQ3R.Metode SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survai, question, reading, recite dan review (Tarigan 1990:54). Mula-mula metode ini dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1946. Metode ini dibuat untuk kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan belajar. Tampubolon (1990:170) memberi nama metode SQ3R dengan istilah surtabaku yang merupakan akronim dari survai, tanya, baca, katakan, dan ulang. Penjelasan dari kelima tahap dalam SQ3R adalah sebagai berikut.
Survai merupakan kegiatan membaca sepintas hal-hal yang pokok dalam tabel. Hal-hal pokok yang perlu disurvai adalah judul tabel dan subjudul. Manfaat mensurvai judul adalah untuk memahami pesan secara utuh dan menyeluruh. Pembaca harus meresapi judul yang disurvai karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang informasi yang disampaikan penulis dalam bentuk tabel.
Questioin (bertanya) merupakan tahap kedua dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan pembaca sewaktu melakukan survai. Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul karena keinginan atau hasrat pembaca untuk mengetahui mengenai sesuatu hal yang diperkirakan terdapat dalam bacaan.
Umumnya, pertanyaan-pertanyaan menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul dan subjudul. Misalnya, ada buku yang berjudul Membaca Efektif dan Efisien. Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah berikut ini.
1.  Apakah yang dimaksud membaca yang efektif ?
2.  Apakah yang dimaksud membaca yang efisien?
3.  Apakah yang dimaksud membaca yang efektif  dan efisien?
4.  Bagaimana caranya membaca efektif?
5.  Bagaimana caranya membaca efisien?
6.  Apa manfaat membaca efektif dan efisien?
Pertanyaan-pertanyaan itu dicatat atau dihafal. Sebaiknya, pertanyaan-pertanyaan itu dicatat supaya pembaca tidak lupa dan tidak membebani pembaca untuk selalu mengingat-ingat pertanyaan sehingga dapat mengganggu konsentrasi pada waktu membaca.

Manfaat melakukan question bagi pembaca sebelum membaca adalah sebagai berikut.
1.  Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pembaca untuk menemukan isi bacaan pada waktu pembaca melakukan tahap reading.
2.  Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan memotivasi pembaca untuk membaca dengan sungguh-sungguh karena sudah tahu target yang ingin dicapai.
3.  Pertanyaan-Pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pikiran pembaca pada bagian-bagian tertentu dari bacaan yang dibaca. Pembaca dikondisikan berpikir kritis atas bacaan yang dibaca. Pembaca tidak hanya menerima informasi yang disampaikan penulis. Jika belum yakin, pembaca boleh meragukan apa yang dikatakan penulis sambil mencari sumber-sumber lainnya yang dapat meyakinkan pembaca atau bahkan pembaca tambah ragu atau tidak yakin tentang apa yang ditulis penulis.

Reading (membaca) merupakan tahap ketiga dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dari metode ini. Tahap sebelumnya (survai end question) dipersiapkan untuk melakukan tahap ini. Apa yang telah dirintis pada kedua tahap sebelumnya akan direalisasikan pada tahap reading. Kedua tahap sesudahnya (recite end review) merupakan tindak lanjut dari tahap ini.
Pada tahap ini, pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh, yaitu membaca bab demi bab dan bagian demi bagian bab. Pembaca biasanya membaca dengan teliti sambil mencari jawaban dari pertanyaan pada tahap question. Untuk memperlancar proses membaca, pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci, pikiran-pikiran pokok yang terdapat dalam bacaan, dan simpulan yang dibuat penulis. Jika diperlukan, pembaca bisa membuat catatan tentang hal-hal yang penting yang telah ditemukannya atau pembaca cukup berupa menggarisbawahi hal-hal yang penting pada buku.

Dalam membaca, pembaca tidak harus melakukan kecepatan baca yang sama. Kecepatan baca disesuaikan dengan tujuan membaca dan bacaan. Kecepatan baca bidang cepat jika yang ingin diperoleh hanya hal-hal tertentu saja atau hal-hal yang penting dan kecepatan baca lambat (diperlambat) jika yang diinginkan adalah mengetahui semua isi yang ada pada bacaan. Bagian bacaan yang sukar akan dibaca dengan lambat, bagian bacaan yang sedang dibaca kecepatan sedang, dan bagian bacaan yang mudah dibaca dengan kecepatan yang tinggi. Dengan cara seperti itu, pembaca melakukan membaca secara fleksibel.

Dengan fleksibilitas baca, pembaca harus pandai memilih model membaca yang diterapkan, teknik membaca yang digunakan, dan jenis membaca yang dipraktekkan. Model membaca yang cocok untuk membaca secara fleksibel adalah model membaca campuran. Model membaca ini menyarankan kepada pembaca untuk membaca dengan cara yang tidak sama pada setiap bagian bacaan. Gaya (model) yang ditawarkan ada dua. Pertama, gaya membaca bawah atas untuk membaca bacaan yang sulit atau belum dikenal. Kedua, gaya membaca atas bawah untuk membaca bacaan yang mudah atau sedang. Kedua gaya diterapkan bersama-sama pada waktu membaca. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa kesulitan bagian-bagian bacaan tidak sama. Pilihan teknik membaca juga didasarkan atas tingkat kesulitan bagian-bagian bacaan, teknik close reading dipilih jika bagian bacaan yang dibaca tingkat kesulitan bacaan tinggi atau sedang. Teknik skimming dipilih jika bagian bacaan yang dibaca tingkat kesulitannya mudah. Keberagaman pilihan teknik membaca dapat dibaca pada bab IV.

Menurut Tarigan (2008:12), pembaca buku termasuk di dalam jenis membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca intensif dan ekstensif. Membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami semua informasi yang ada dalam bacaan, baik yang paling atau pokok maupun yang detail, dengan cara membaca secara teliti. Membaca ekstensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami informasi-informasi yang penting atau pokok yang terdapat pada bacaan dengan cara membaca secara sepintas. Dari dua jenis membaca itu, membaca buku termasuk di dalam membaca intensif.

Recite (menceritakan kembali) merupakan tahap keempat dari metode SQ3R yang berupa kegiatan membaca untuk menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri. Tahap ini dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap question bisa dijawab dan dapat menceritakan dengan benar mengenai bacaan yang telah dibacanya.
Tahap ini dapat dilakukan per subbab, per bab atau setelah bacaan selesai dibaca. Pertimbangan yang dijadikan dasar adalah kemahiran yang dimiliki pembaca, kebiasaan, tingkat kesulitan bacaan, dan panjang pendeknya bacaan. Pembaca yang belum mahir lebih baik melakukan recite tiap subbab, pembaca yang sudah cukup mahir disarankan merecite tiap bab, dan pembaca yang sudah mahir melakukan recite setelah selesai membaca semua bab. Recite menyesuaikan dengan kebiasaan pembaca. Ada pembaca yag biasa menceritakan kembali isi bacaan setelah selesai semua bab dibaca, ada yang selesai tiap-tiap bab, dan ada juga yang setelah selesai tiap-tiap subbab.

Tingkat kesulitan dan panjang-pendeknya bacaan menjadi menjadi pertimbangan dalam melakukan recite. Bacaan yang sulit merecitenya setelah selesai membaca pada setiap subbab, bacaan yang sedang merecitenya setelah selesai membaca setiap bab, dan bacaan yang mudah mericetenya setelah selesai membaca semua bab. Bacaan yang pendek menceritakan kembalinya setelah selesai membaca semua, bacaan yang sedang setelah selesai per bab, dan bacaan yang panjang setelah selesai per subbab.

Pada tahap ini, pembaca tidak boleh membuka-buka buku yang telah dibaca. Pembaca dalam menceritakan kembali harus sudah hafal mengenai isi bacaan. Ada kemungkinan pembaca lupa tentang sesuatu hal yang akan diceritakan. Pembaca diberi kesempatan untuk membaca bagian yang terlupakan. Hal tersebut diperbolehkan supaya tidak mengganggu tahap berikutnya (review).
Sebaiknya, recite dilakukan secara tulis (tertulis), bukan lisan. Recite tertulis dapat berupa ikhtisar. Ikhtisar dibuat berdasarkan rambu-rambu berikut ini.
1.  Ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata pembaca sendiri.
2.  Ikhtisar dibuat secara singkat, padat, dan jelas yang mencakup butir-butir penting isi bacaan.
3.  Ikhtisar dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya sambil membaca atau sambil membuka-buka kembali halaman buku.
     (Harjasujana dan Mulyati 1997:212).
Menceritakan kembali isi bacaan (buku) tidak harus hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap question, tetapi dapat dikembangkan. Pembaca bisa saja menceritakan kembali hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh guru atau dosen waktu ujian dan ditanya teman-temannya sewaktu diskusi.

Bagi pembaca, tahap ini merupakan tahap evaluasi. Pembaca dievaluasi seberapa jauh, luas atau banyaknya informasi yang telah dicerna melalui kegiatan membaca. Hal tersebut dapat dilihat dari kecermatan, keteraturan, dan kedalaman dalam menceritakan kembali isi buku. Pembaca yang telah berhasil adalah pembaca yang dapat bercerita secara cermat, teratur, dan rinci. Sebaliknya, pembaca yang belum berhasil adalah pembaca yang tidak dapat bercerita secara cermat, teratur, dan rinci.
Review (meninjau kembali) merupakan tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulang tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan membaca untuk mengulang membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti, sedangkan meninjau ulang merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara secepat kilat. Bagian yang ditinjau ulang misalnya judul, subjudul, gambar, diagram, dan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada buku.
Meninjau kembali bacaan diperlukan untuk menyegarkan kembali ingatan atas informasi-informasi yang telah diperoleh pada waktu membaca. Tahap ini berguna dalam membantu pembaca mengingat-ingat dan mengeluarkannya pada waktu ujian. Disamping itu, review bermanfaat untuk mengecek barangkali ada hal-hal yang penting terlewati.

Pada tahap ini, pembaca yang sudah mahir tidak sekedar merasa yakin telah menguasai semua isi yang ada dalam buku, tetapi pembaca juga merenungkan dan memikirkan benar-tidaknya informasi-informasi yang disampaikan penulis, kelebihan dan kelemahan buku yang dibaca, kritik dan saran yang bisa disampaikan untuk menyempurnakan buku yang dibaca.
Agar hasil baca dari metode SQ3R terpelihara dengan baik, perlu ditulis dalam kartu baca. Nama lain kartu baca menurut Tampubolon (1990:173) adalah kartu rangkuman pokok bacaan studi. Hal-hal yang dicatat dalam kartu baca adalah sebagai berikut:
1.  nama pengarang, judul buku, tahun terbit, tempat terbit, dan penerbit,
2.  topik atau judul bacaan,
3.  ringkasan mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dengan bahasa pembaca sendiri,
4.  kutipan lengkap bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting dengan disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halaman).
Manfaat yang dapat diperoleh dalam menggunakan metode SQ3R ada lima. Pertama, pembaca dilatih membaca secara sistematis. Kelima tahap dalam SQ3R dilaksanakan secara sistematis mulai dari survai sampai dengan review. Informasi-informasi yang didapat dari buku secara bertahap.

Kedua, membaca akan memperoleh pemahaman yang komprehensif dan tahan lama. Semua bagian-bagian buku dibaca mulai dari halaman judul sampai daftar pustaka atau indeks. Pemahaman yang diperoleh akan tahan lama tersimpan di dalam otak karena diperoleh dengan menggunakan cara yang bertahap.

Ketiga, pembaca akan dapat menentukan secara cepat apakah buku yang dihadapinya sesuai dengan yang diperlukan atau tidak. Jika buku tersebut diperlukan, pembaca akan meneruskan membacanya. Jika buku itu tidak diperlukan, pembaca akan beralih pada bacaan lain yang sesuai kebutuhannya. Pembaca dapat mengetahui hal tersebut setelah selesai melakukan survai. Contohnya adalah jika pembaca diberi tugas mencari pengertian metode SQ3R, tahap-tahap penggunaan, dan manfaat menggunakan SQ3R. Buku yang dihadapi untuk dibaca adalah buku yang berjudul Membaca 2 karangan Harjasujana dan Mulyati. Buku tersebut disurvai pada daftar isi. Dalam daftar isi terdapat judul bab metode SQ3R pada bab VIII. Sub-sub bab pada bab VIII berjudul pengertian, tahap-tahap, dan manfaat SQ3R. Dari hasil survai tersebut pembaca dapat menentukan bahwa buku itu diperlukan sehingga pembaca melakukan tahap berikutnya.

Keempat, pembaca diberi kesempatan untuk membaca secara fleksibel. Pengaturan tempo membaca tiap-tiap bagian bacaan tidak selalu harus sama. Tempo baca akan diperlambat jika membaca hal-hal yang belum diketahuinya atau bacaannya sulit. Pembaca akan mempercepat tempo bacanya jika membaca hal-hal yang sudah diketahui atau bacaannya mudah.
Kelima, pembaca membaca secara efektif dan efisien. Keefektifan membaca dapat dilihat dari tercapainya kegiatan membaca sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam membaca buku dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Untuk mencapai tujuan, pembaca melakukan serangkaian tahapan yaitu reading, recide, dan review sehingga tujuan baca akan bisa tercapai dengan baik. Keefisien membaca dilihat dari sisi waktu yang dibutuhkan dalam membaca. Waktu baca dari sebuah buku dengan metode SQ3R relatif cepat. Pembaca sudah mempunyai tahap-tahap yang pasti dan persiapan yang mantap untuk membaca sehingga akan mempercepat proses membaca buku. Pembaca tidak akan mengulang bacaan yang telah dibaca. Di samping itu, pembaca melaju dengan penuh keyakinan

-          Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (1986:56) membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi.
Membaca pemahaman bersinonim dengan membaca dalam hati (silent reading). Membaca  pemahaman adalah membaca yang dilaksanakan dengan tanpa mengeluarkan bersuara (yang terlibat hanyalah mata dan otak)  dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam  bacaan. Berdasarkan cakupan bahan  bacaan yang dibaca,  membaca pemahaman dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu  membaca  intensif (intensive reading) dan ekstensif (extensive  reading) (Harras dan Sulistianingsih 1998: 213). Menurut Broughtton (dalam Tarigan 1990), membaca intensif dapat  diklasifikasikan  menjadi membaca telaah isi dan telaah bahasa.
Membaca keterpahaman merupakan jenis kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan secara mendalam. Dalam hal ini pembaca dituntut untuk mengetahui dan mengingat hal-hal pokok, serta perincian-perincian penting, membaca pemahaman menuntut ingatan agar dapat memahami isi bacaan tersebut secara mendalam dan menggunakannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendar (1997:27) mengatakan bahwa “membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang diungkapkan pengarang sehingga kepuasan tersendiri setelah bacaan dibaca selesai”.
Membaca Telaah isi diklasifikasikan menjadi membaca teliti,  pemahaman, kritis, dan ide. Membaca telaah bahasa diklasifikasikan menjadi membaca bahasa asing dan sastra.  Membaca ekstensif diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu membaca survai, sekilas, dan  dangkal.

-          Tujuan Membaca Pemahaman
-          Melalui membaca pemahaman, pembaca akan memperoleh segi-segi kemampuan untuk memahami suatu bacaan. Segi-segi kemampuan yang diperoleh yaitu :
a. Kemampuan Memahami Bacaan Dan Tulisan
1) Kemampuan memahami kata-kata yang terpakai dalam tulisan dan kemampuan memahami istilah–istilah tertulis yang jarang dipakai dalam tulisan yang biasa dipakai dalam arti khusus, sebagaimana yang terdapat dalam bacaan.
2) Kemampuan memahami pola-pola kalimat dan bentuk-bentuk sebagaimana terdapat dalam bahasa tulisan dn kemampuan mengikuti bagian-bagian yang kian lama kian panjang dan sulit dijumpai dalam tulisan resmi.
3) Kemampuan menafsirkan dengan cepat lambing-lambang atau tanda-tanda yang terpakai dalam bahasa tulisan, yakni : tanda baca, pemakaian cetak miring, cetak tebal dan sebagainya digunakan untuk memperkuat dan memperjelas pengertian yang terpaku dalam bacaan.

b. Kemampuan Memahami Gagasan
1) Kemampuan maksud yang ingin disampiakan pengarang dan gagasan pokok yang dikemukakan pengarang.
2) Kemampuan memahami gagasan yang mendukung gagasan pokok yang dikemukakan pengarang.
3) Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dan penalaran yang tepat apa yang dikemukakan pengarang dalam bacaan itu.

c. Kemampuan Memahami Nada dan Gaya
1) Kemampuan memahami sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan sikap pengarang terhadap pembaca.
2) Kemampuan mengenal sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakannya dan sikap pengarang terhadap pembaca.
3) Kemampuan mengenal teknik gaya penulis yang digunakan untuk menyampaikan gagasannya dalam bacaan itu.

d. Kemampuan Memahami Maksud Dan Tujuan Penulis
1) Mampu memahami maksud penulis secara eksplisit pada paragrap pendahuluan dan paragrap penutup.
2) Kemampuan memahami ruang lingkup pembicaraan.
3) Kemampuan memahami maksud penulis dari segi organisasi serta penyajian bahan.
4) Kemampuan memahami maksud yang tersirat dan tersembunyi.

e. Kemampuan Membaca Cepat Dan Fleksibel
Kemampuan membaca cepat dan fleksibeldalam kaitannya dengan membaca suatu wacana.


-          Kiat Membaca Pemahaman 
Untuk dapat terampil membaca siswa harus berlatih  membaca secara kontinyu (sering latihan, latihan terus-menerus),  variatif (berbagai ragam bacaan yang dibaca), dan meningkat (dari  yang mudah ditingkatkan ke yang sulit). Disamping itu, sewaktu   membaca siswa harus menggunakan kiat membaca atau retorika  membaca. Kiat membaca adalah strategi memilih dan   menggunakan model, metode, dan teknik yang  sesuai dengan  keperluan (Haryadi 2006:5).  Membacan pemahaman bisa menggunakan  dua jenis membaca,  yaitu intensif dan  ekstensif. Membaca intensif meliputi  membaca teks bacaan karya  sastra, pemahaman buku karya sastra, kritis buku karya sastra, artikel, iklan, grafik/tabel/bagan, buku biografi.
-          Membaca Kritis
Membaca kritis adalah sejemis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert let a II 1961b:1)
1.                          Memahami maksud penulis
2.                          Memahami organisasi dasar tulisan
3.                          Dapat menilai penyajian penulis
4.                          Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.

Setelah mengetahui topik-topik bacaan, biasanya pembaca melanjutkan membaca untuk mengetahui maksud penulis terhadap permasalahan yang dibahas. Cara yang efektif dan efisien untuk mendapatkannya adalah cukup dengan membaca paragraf awal dan akhir. Paragraf awal sebuah bacaan umumnya mengandung pokok-pokok pikiran yang diuraikan pada paragraf berikutnya (paragraf isi). Semua pendapat yang akan diuraikan berikutnya ditulis pada paragraf awal. Artikel yang seperti itu merupakan bacaan yang bersifat deduktif. Penulis boleh saja menampilkan ringkasan pendapatnya pada akhir bacaan. Pendapat yang diungkapkan pada akhir bacaan biasanya berupa simpulan. Bacaan yang demikian merupakan bacaan yang bersifat induktif. Disamping kedua cara tersebut, pembaca bisa juga menemukan opini pada awal dan akhir bacaan karena penulis artikel menampilkan opini pada awal bacaan dan diulang diakhir bacaan dalam bentuk simpulan. Bacaan tersebut dinamakan bacaan yang bersifat deduktif – induktif.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.


-          Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Menurut Tarigan (1986:56) membaca idemerupakan kegitan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atau pertanyaan berikut dari suatu bacaan: (a) mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik; (b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (c) hal-hal apa yang dipelajari dan yang dilakukan oleh sang tokoh.

Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117) membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
a) mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.
b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut.
c) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati keunikaan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Keunikan dari ide-ide tersebut kadang kala membuat pembaca berimajinasi dengan pikirannya. Dengan adanya kegiatan tersebut muncul  ide-ide baru dari hasil kegiatan membaca ini.
Ide dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide pokok. Dalam bahasa Indonesia, ide pokok bersinonim dengan istilah pikiran utama, pokok pikiran, kalimat pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama serta mengacu pada pengertian kalimat topik. Gagasan pokok yang menjadi bahasan sebuah paragraf disebut pokok bahasan atau topik (Sakri 1992:3). Dalam sebuah paragraf pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat utama, kalimat tersebut merupakan kunci dan pokok bahasan.
Zainuddin (1992:46) paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. Buah pikiran tersebut dapat diuraikan ke dalam beberapa kalimat. Namun, pada umumnya dalam suatu paragraf terdapat satu ide pokok atau gagasan pokok yang dijabarkan sehingga terdapat pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama biasanya terdapat pada awal paragraf, tengah paragraf, awal dan akhir paragraf atau pun terdapat pada seluruh paragraf.

Hal senada juga disampaikan oleh Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam praktiknya, paragraf terkadang hanya terdiri dan beberapa kalimat atau pun hanya satu kalimat. Namun, jumlah kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran dalam penyebutan paragraf. Hal tersebut karena yang terpenting dalam sebuah paragraf adalah kesatuan gagasan yang diungkapkannya.



Paragraf adalah bagian bacaan yang mengandung satu satuan gagasan, yang biasanya disebut dengan ide pokok paragraf (Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut menurut Nurhadi, beberapa teinpat kalimat utama atau ide pokok antara lain (1) ide pokok di awal paragraf (kalimat pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat (kalimat penutup); (3) kalimat topik terdapat pada kalimat pertama dan terakhir; (4) ide pokok menyebar di seluruh paragraf.

Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawakan gagasan yang lain. Oleh karena itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain mengubordinasi gagasan kalimat.

Soedarso (2004:66) paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan membaca. Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan contoh-contoh ide pokok.

Gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam paragraf. Gagasan utama atau ide pokok paragraf biasanya terdapat dalam kalimat utama. Kalimat utama pada umumnya berupa kalimat yang pertanyaannya paling umum dalam sebuah paragraf. Dilihat dari segi tempatnya kalimat utama pada umumnya berada pada awal atau akhir paragraf. Gagasan utama atau ide pokok dapat ditemukan dengan menghilangkan bagian atau membuang bagian yang tidak penting.

Karena masih bersifat umum, gagasan utama atau ide pokok perlu penjelasan atau rincian. Rincian inilah yang disebut dengan gagasan penjelas. Gagasan penjelas dapat berupa rincian, contoh, perbandingan, atau pertentangan. Dalam suatu wacana biasanya terdapat beberapa kalimat topik yang berasal dari pengembangan paragraf demi paragraf. Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas, sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis, sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.

Dalam praktik pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (b) memberikan contoh; (c) menampilkan fakta-fakta; (d) memberikan alasan-alasan; dan (e) dengan perbandingan, definisi luas, atau campuran (Wagiran dan Doyin 2005:57).

Soedarso (2004:64-65) menjelaskan bahwa ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.

Untuk memudahkan Anda mendalami sebuah buku, hendaklah Anda selalu menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: (1) ide pokok buku keseluruhan; (2) ide pokok bab; (3) ide pokok bagian bab/sub-bab; dan (4) ide pokok paragraf. Jika ide pokok sulit dikenali, Anda perlu membaca semua detail secara hati-hati agar lebih mudah memahami. Jika ide pokok sudah Anda dapatkan, Anda dapat menjabarkan detail yang mendukung atau Anda dapat membaca detail itu dengan kecepatan yang tinggi.

Menurut Nurhadi (2004:69) tujuan membaca adalah menangkap gagasan utama atau ide pokok yang melandasi pengembangan bacaan itu. Maksudnya adalah ide-ide yang membangun keseluruhan bacaan. Pada dasarnya sebuah teks bacaan yang utuh adalah sebuah bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat yang terpenting bagi seorang pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil. Ide pokok paragraf, misalnya. Untuk ini ada semacam petunjuk atau indikator dalam mengenalinya.

Ide pokok paragraf pada umumnya berada pada kalimat-kalimat topik (kalimat utama). Kalimat ini yang biasanya menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Oleh karena itu, untuk menemukan ide pokok paragraf ini, caranya adalah dengan mencari kalimat utama.

-          Membaca Bahasa Asing
Membaca bahasa asing pada tataran yang lebih rendah umumnya bertujuan untuk memperbesar daya kata dan untuk mengembangkan kosakata, dalam tataran yang lebih luas tentu saja bertujuan untuk mencapai kefasihan.

-          Membaca Sastra
Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi dan kepentingan pengkajian.


-          Membaca Literal, Kritis dan Kreatif

Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.

Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis.

Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan penilaian yang adil dan bijaksana. Menurut Harras (1998:45) untuk dapat melakukan kegitan membaca kritis, ada empat macam persyaratan pokok, yaitu: (1) pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang dibaca; (2) sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa; (3) penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah; (4) tindakan yang diambil berdasarkan analisis atau pemikiran tersebut.

Membaca kreatif merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru yang terdapat dalam bacaan lewat jalan mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengkombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.

Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.

Menurut Harras (1998:49) pembaca dapat dikatakan pembaca kreatif andaikan memenuhi kreteria berikut: (1) Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku; (2) mampu menerapkan hasil untuk kepentingan hidup sehari-hari; (3) munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai; (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa; (5) mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan; (6) mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang tekah dibaca.

4.    Karakteristik Membaca Intensif
-          Membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama,
-          Membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks,
-          Cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama,
-          Membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain),
-          Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana,
-          Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca,
-          Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif,

-          Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "Bulusan" yang Berkembang di Daerah Kudus

Merindu Bahu