Sajak Akar Lapuk



Terbesit masa ketika kuatku ada
dengan gagahku kutunjuk angkasa
kuhadap surya
dibelai angin dipeluk dingin
ketika kugenggam daun dengan ranting-ranting
rantingku bergoyang dahanku berdendang
dan manusia memandang
burung-burung berkicau
pun manusia turut bergurau
Ahh
Masa itu, aku mencandu rindu

Terbesit masa ketika kokohku nyata
Ruang sejuk untuk jiwa bahagia
Ruang sejuk untuk jiwa yang haus akan cita
Ruang bersandar untuk  jiwa yang rindu orang tua

Kini aku tinggal akar
Melapuk tak memberi sejuk
Disapu angin dimakan dingin
Tak beranting tak berdaun tak berburung
Tak menjulang tak bergoyang
Tak ada ruang
Aku ditebang.

Semarang, 10 Oktober 2014
13:56

Berdasarkan observasi di halaman depan gedung B1, Bahasa dan Sastra Indonesia, Unnes.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat "Bulusan" yang Berkembang di Daerah Kudus

Hakikat Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif

Merindu Bahu